Rambo Bebas Vonis Mati, Dewan Perwakilan Rambo Tunjuk Jari

Oleh : Indra Zulkifli

Kasus Rambo adalah sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun lalu waktu setempat di negara Konoha dan menarik perhatian publik luas. Rambo adalah seorang pria berpangkat bintang tiga yang divonis hukuman mati dalam tuduhan melakukan tindakan penyerangan dengan menggunakan campuran bubuk mesiu yang diracik secara paripurna. Kasus ini menjadi sorotan publik karena diduga ada unsur kekerasan yang dilakukan oleh Rambo dan juga kontroversi dalam proses hukum yang terjadi.

Kasus ini menunjukkan kompleksitas dalam banyak masalah dan hukum di Konoha. Kasus ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat, termasuk seruan untuk memperkuat sistem hukum di negara Konoha untuk melindungi korban dalam kasus apapun dan siapapun itu.

Desas-desus dalam negeri Konoha terhadap kesimpulan vonis mati sang Rambo sangatlah pelik, terdapat banyak tesis dari kalangan bawah yang menyimpulkan bahwa Rambo akan dibebaskan atau diberikan identitas baru. Paradigma yang terdapat di kalangan bawah, Rambo akan divonis “tidak mati” atau “seumur hidup”, atau apalah sebutannya itu “berkelakuan baik”. Rambo telah memvisualisasikan dirinya sebagai komandan perang bintang tiga, ia telah menyelesaikan banyak misi rahasia dari kesatuan misi negeri Konoha.

Kilas balik, Rambo telah berperang melawan kesatuan teroris Hayabusa yang mencoba mengubah sistem di negara Konoha atau tepatnya di ibukota Jarimah. Rambo juga menangani misi besar, yaitu dalam misi “Gejolak Api di Tungku Pemanas Ujung Palu”. Rambo juga terlibat dalam misi “Rute 66” dalam kasus personel FPI (Federasi Perkembangan Induk) yang dihujani bubuk mesiu dalam misi pemberantasan perkembangan indukan. Dan sebagian misi-misi nawakasus lainnya.

Beragam tesis bermunculan bahwa Rambo tidak akan pernah dieksekusi “mati” dikarenakan banyak pilar yang menyokong Rambo sebagai penggerak kesatuan dalam paripurna, pilar terkait dan terlibat dalam misi Rambo yang tidak terdata bahkan tidak didata juga menjadi alasan sang Rambo tidak akan “mati” dalam berbagai ancaman publik. Ada beberapa klan yang menggeber-geberkan vonis “mati” Rambo dalam sebuah forum, seperti klan terbesar Morgan Distrik (MD) yang muncul dalam basecamp Rambo tetapi dibungkam oleh Dewan Perwakilan Rambo (DPR), dan juga klan-klan besar lainnya yang juga ikut dibungkam. Hal itu dapat dilihat pada media ruang publik yang telah tersebar di negara Konoha, “Kami tidak melindungi Rambo, kami hanya menjalankan prosedur yang terbentuk dari parlemen.” Pungkas perwakilan Rambo, walaupun mereka mengatakan mengikuti parlemen tetapi mereka membawa itu dengan sentimen “Kami membantu Rambo dan Rambo membantu kami”.

Diindikasikan bahwa Dewan Perwakilan Rambo (DPR) mempunyai alasan personal yang fundamental dalam membungkam vonis “mati” sang Rambo. Banyaknya tesis yang keluar secara gamblang juga dikarenakan sang perwakilan Rambo bergerak seperti Underground dalam kasus yang pelik ini dan juga disadari oleh publik, “Underground” yang dimaksud bukanlah Need For Speed atau balapan mobil segala macam seperti dalam konsol PlayStation dirental yang dimainkan putra bangsa dengan kata “Bang, tambah satu jam!!”.

Permainan “Underground” yang dimainkan oleh pewakilan Rambo beserta jajarannya dalam sebuah forum juga didasari dan disadari tentunya, perwakilan Rambo sekarang tidak tahu harus loncat kemana lagi, mereka bukanlah kodok, katak, ataupun belalang sawah, dan lagipun tanpa mereka sadari secara fundamental, mereka adalah batu loncatan dari Rambo itu sendiri. Pada awalnya permainan “Underground” yang dilakoni oleh perwakilan Rambo diharapkan menjadi tameng penghalang terhadap pilar besar dalam segala aspek properti, bahkan mereka melakoni itu untuk menharapkan feedback yang setimpal, lagi-lagi mereka tidak menyadari bahwa mereka bukanlah kodok, katak, ataupun belalang sawah.

Kilas balik Dewan Perwakilan Rambo, mungkin pada paragraf di atas sering kali dijumpai istilah “Dewan Perwakilan Rambo” yang menjadi pertanyaan. Siapakah mereka itu? Apakah mereka bisa loncat-loncat atau melompat? Mungkin terdapat sedikit sinopsis dari istilah tersebut. Dewan Perwakilan Rambo merupakan sebuah unit pembela Rambo yang dibentuk khusus oleh jajaran batu-batu yang menjadi loncatan sang Rambo, dimana mereka telah memposisikan diri sebagai batu loncatan dan mengharapkan umpan balik yang besar dari sang Rambo. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, apakah mereka mempunyai basecamp? Jawabannya, iya. Dewan Perwakilan Rambo memiliki tempat perkumpulan yang tersebar di berbagai daerah di Konoha yang disebut “Basecamp Rambo”, dengan atap daun pisang warna hijau mirip vagina dengan kesan artistik yang abstrak.

Koleksi Indra Zulkifli


DEWAN PERWAKILAN RAMBO TUNJUK JARI

Kembali lagi ke vonis bebas Rambo, vonis Rambo “tidak mati” atau “non-eksekusi” merupakan misi utama dari perwakilan Rambo karena perwakilan Rambo sudah terlalu masuk dalam misi rahasia sang Rambo, bahkan mungkin juga mensponsori misi rahasia tersebut, oleh karena itu secara emosional “Dewan Perwakilan Rambo” berhak melindungi sang komandan dalam keadaan apapun demi “lancaran” atau keamanan mereka sebagai sponsor utama.

Setelah “vonis bebas mati” Rambo, perwakilan Rambo akan melakukan selebrasi tingkat tinggi karena misi utama mereka berhasil dan keamanan terjamin, pada akhirnya “Dewan Perwakilan Rambo” kembali mendekati sang Rambo dan mengatakan “Kamilah yang bekerja di balik vonis bebas anda, walaupun kami diserang dan difitnah publik, kami meninggalkan halaman utama kami bahkan keluarga kami demi sang Rambo.” Begitulah pungkasnya.

Selebrasi yang diagungkan oleh perwakilan Rambo dengan mengangkat jari mereka dan menyatakan “kami telah berhasil!!”, “kami telah berhasil!!”, dan “kami telah berhasil!!”. Dan Rambo pun pada akhirnya tetap menjalankan misi rahasia yang tetap disponsori oleh “Dewan Perwakilan Rambo”, walaupun sang Rambo tidak lagi menjalankan misi dari negara Konoha, setidaknya power sang Rambo masih berjaya di antara jajaran batu loncatan, walaupun identitasnya diganti dengan “warga Konoha yang berkelakuan baik”, “menjadi subjek pembelajaran”, atau apapun itu, pokoknya adalah.

Vonis “bebas mati” Rambo menunjukkan pentingnya kesadaran masyarakat dan publik dalam menanggapi kasus di negara Konoha, tidak semua masyarakat ahli dalam hukum atau mempunyai Kartu Tanda Anggota (KTA) kuasa hukum, sebagai masyarakat yang hidupnya di ruang publik tentunya dapat menggunakan “logika analitik” dalam memperhatikan sebuah kasus, dimana logika tersebut dijalankan dengan argumen yang utuh bukan dengan sentimen yang abstrak seperti yang dikatakan perwakilan Rambo ketika membungkam Morgan Distrik (MD) dan klan-klan lainnya. Seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat, korban kekerasan dalam semua kasus yang menimpa mereka, menjadi lebih berani untuk menanggapi kejadian yang ada, tanpa merasakan ketakutan pada “Dewan Perwakilan Rambo”.

Namun, kasus Rambo juga menunjukkan adanya kelemahan dalam sistem hukum di negara Konoha. Ada kekhawatiran bahwa korban tidak mendapatkan perlindungan dan keadilan yang seharusnya. Ada beberapa faktor yang memperburuk situasi ini, seperti rendahnya tingkat pendidikan masyarakat dalam memahami sebuah kasus, kurangnya penggunaan logika analitik pada ruang publik, kurangnya dukungan psikologis dan finansial untuk korban, serta sistem hukum Konoha yang masih belum sempurna.

Selain itu, kasus Rambo juga menunjukkan bahwa media sosial dapat memainkan peran penting dalam menyebarluaskan informasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kasus-kasus besar. Namun, media sosial juga dapat memicu kontroversi dan kebingungan dalam proses hukum. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam penggunaan media sosial dan menempatkan peran media sosial dalam konteks yang tepat.

Dalam rangka mencegah kasus seperti kasus Rambo terjadi di masa depan, diperlukan upaya kolaboratif dari pemerintah, masyarakat, dan lembaga-lembaga terkait lainnya. Pemerintah harus meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan pelatihan yang cukup tentang hukum dan tata cara memahami sebuah kasus kepada masyarakat. Sementara itu, lembaga-lembaga terkait harus meningkatkan kemampuan mereka dalam menangani kasus yang ada dan memberikan dukungan yang memadai untuk korban.

Dalam kesimpulannya, kasus Rambo menunjukkan betapa kompleksnya masalah kekerasan, penyelewengan posisi, dan hukum di negara Konoha. Namun, kasus ini juga dapat dijadikan sebagai momentum untuk memperkuat kesadaran masyarakat tentang kasus sekecil apapun dan memperbaiki sistem hukum untuk melindungi korban.

Ditulis Mulai : 13 April 2023

Posting Komentar

0 Komentar