Dirakit oleh: Alek
“Jika kamu merasakan derita berarti kamu hidup, jika kamu mampu merasakan derita orang lain berarti kamu manusia.” - Ali Syariati
Islam
bagi mereka, yang hanya tahu atau sekadar tahu, adalah agama tentang dirinya
dengan Allah. Tanpa sadar, Islam adalah agama yang rahmatanlilalamiin, Islam agama rahmat yang bukan hanya untuk umat manusia tapi rahmat bagi alam semesta.
Esensi Islam seolah diputarkan dengan ceramah para alim ulama yang terus
menyerukan ibadah kepada tuhan, mereka lupa ada umat yang sedang kelaparan, ada hutan yang sedang
digunduli, ada anak yang tidak mendapatkan keadilan. Islam adalah pembebasan.
Sejak dilahirkan, Islam mengajarkan kita untuk membebaskan dari perbudakan,
bukan melakukan perbudakan.
Melihat
kehidupan manusia di dunia dan akhirat. Teologi Islam sebagai pembebasan tidak
menginginkan status quo yang melindungi golongan kaya ketika berhadapan
dengan golongan miskin. Dengan kata lain, teologi pembebasan anti kemapanan,
baik agama maupun politik. Teologi pembebasan memainkan peran dalam membela
kelompok yang tertindas dan tercabut hak miliknya, serta memperjuangkan
kepentingan kelompok termarginalkan dan membekalinya dengan senjata ideologi
yang kuat untuk melawan golongan yang menindasnya. Selain itu, teologi
pembebasan juga tidak hanya mengakui satu konsep metafisika tentang takdir
dalam rentang sejarah Islam, tetapi juga mengakui konsep bahwa manusia itu
bebas menentukan nasibnya sendiri. Teologi ini sebenarnya mendorong
pengembangan praksis Islam sebagai hasil dari tawar-menawar antara pembebasan
manusia dan takdir. Teologi pembebasan lebih menganggap keduanya sebagai
pelengkap daripada sebagai konsep yang berlawanan.
Islam
sering dipopulerkan sebagai “Rahmatan lil ‘alamin” (Islam rahmat bagi semesta
alam), bukan hanya rahmat bagi manusia, tetapi lingkungan hidup dan lingkungan
alam secara keseluruhan. Manusia tidak akan merdeka, selamat, dan hidup tenang
tanpa dukungan lingkungan ekosistem yang baik. Fungsi utama Islam sebagaimana
pula agama-agama besar lainnya, ialah untuk membebaskan umat manusia dari
berbagai bentuk anarki dan ketidakadilan. Jika ada nilai atau norma yang tidak
sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan hak-hak asasi secara universal,
maka nilai dan norma tersebut harus ditinjau, sekalipun itu disandarkan kepada
ajaran kitab suci. Namun yang menjadi ambigu, tanpa disadari, apa dikatakan
sebagai pembebasan tersebut tak lain adalah pelarian (alienasi), yang
menjauhkan subjek yang beriman berjarak dari realitas hidup yang tengah
dihadapi. Semua orang beriman bak domba, digiring untuk melupakan segala
prahara hidup, melupakan derita, melupakan linangan air mata akibat represi
fisik ataupun jiwa. Dengan kata lain, iman semacam ini dihayati sebagai
prosedur tunggal untuk berhubungan paling intim dengan Tuhan, yang tak lain
adalah melupakan segala hasrat akan dunia dan mensubstitusinya dengan
harapan-harapan akan surga.
Pada
bulan yang penuh dengan keistimewaan, yang di dalamnya terdapat Lailatul
Qadar, yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan dan Al-Qur'an pula
diturunkan pada bulan ini, seluruh pahala ibadah dilipat-gandakan. Pada bulan
Ramadhan, umat Islam diwajibkan melaksanakan puasa selama sebulan penuh. Bukan hanya
rasa senang, namun umat muslim dianjurkan untuk melakukan berbagai amalan
menjelang Ramadhan yang penuh makna. Di mana bulan Ramadhan adalah bulan suci
yang datang sekali dalam setahun, sehingga hendaknya dipersiapkan dengan baik
agar ibadah selama bulan Ramadhan bisa berjalan dengan lancar.
Terdapat beberapa amalan menjelang Ramadhan yang baik untuk dilakukan. Mulai dari meningkatkan ibadah shalat, membaca Al-Quran, menunaikan puasa sunnah, berdoa dan memohon ampun, serta memperbanyak amalan sederhana seperti berdzikir dan membersihkan diri. Semua ini adalah bentuk amalan individual. Citra ini perlu kita bedah mengenai ibadah untuk menuju esensi Ramadhan.
Amalan Menjelang Ramadhan
Seperti
disebutkan di atas, menyambut datangnya bulan Ramadhan, umat muslim dianjurkan
untuk mempersiapkan diri dengan baik. Salah satunya dengan memperbanyak amalan
menjelang Ramadhan, seperti meningkatkan ibadah shalat, membaca Al-Quran, menunaikan
puasa, hingga membersihkan diri. Berikut
adalah beberapa amalan menyambut Ramadhan dan penjelasannya:
- Meningkatkan ibadah shalat: Menjaga kualitas ibadah shalat, seperti melaksanakan shalat lima waktu dengan khusyuk dan tepat waktu. Selain itu, meningkatkan amalan shalat sunnah; seperti shalat tahajud, shalat dhuha, dan shalat sunnah sebelum maupun setelah shalat wajib lima waktu.
- Membaca Al-Quran: Membaca Al-Quran secara rutin dan menyempatkan waktu untuk menghafal dan mempelajari ayat-ayat Al-Quran.
- Puasa: menunaikan puasa sunnah seperti puasa Senin dan Kamis, puasa Ayyamul Bidh (puasa di tiap tanggal 13, 14 dan 15 di bulan Hijriah), dan puasa Daud, sebagai persiapan menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
- Meningkatkan amal sosial: Memberikan bantuan kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti memberikan zakat, sedekah, dan berbagai bentuk amal sosial lainnya.
- Berdoa dan memohon ampun: Meningkatkan ibadah doa dan memohon ampun kepada Allah SWT. serta memperbaiki hubungan dengan sesama.
- Menjaga lidah: Menghindari berkata-kata kasar, fitnah, ghibah, dan berbagai bentuk perilaku buruk lainnya.
- Memperbanyak ibadah lainnya: Seperti berzikir, membaca wirid, dan berbagai bentuk ibadah lainnya yang dianjurkan dalam agama Islam.
- Membersihkan diri: Melakukan berbagai bentuk pembersihan diri, seperti membersihkan hati dari rasa dengki dan iri, serta merawat tubuh dengan menjaga kebersihan dan kesehatan.
Puasa juga bisa mengajarkan kita
untuk selalu bersabar dan juga bersyukur atas nikmat Allah SWT. Yang telah
diberikan kepada kita semua. Makna bulan Ramadhan
berikutnya bagi umat Islam adalah adanya salah satu malam yang dirahasiakan
oleh Allah SWT. dalam bulan Ramadhan, yang jika beribadah dan beramal baik pada
malam tersebut maka pahalanya lebih baik dari seribu bulan.
Ada beberapa ayat yang menjelaskan bahwa malam
lailatul qadar bertepatan pada sepertiga malam ganjil di akhir bulan
ramadan. Malam lailatul qadar dibahas dalam Q.S. Al-Qadar sebagai
berikut:
إِنَّآ أَنزَلْنَـٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ ١ وَمَآ أَدْرَىٰكَ
مَا لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ ٢ لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌۭ مِّنْ أَلْفِ شَهْرٍۢ ٣
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَـٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ
أَمْرٍۢ ٤ سَلَـٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ ٥
Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya
(Al Quran) pada malam kemuliaan. (1) Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan
itu? (2) Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (3) Pada malam itu
turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. (4) Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar (5)
Karena
banyak amal ibadah yang disyariatkan saat bulan Ramadhan, membuat orang menjadi
mudah masuk ke dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam Q.S. An-Nahl ayat 32
sebagai berikut:
ادْخُلُوا الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Artinya: Masuklah kamu ke dalam surga itu
disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.
Selain dibuka pintu surga, pada bulan Ramadhan
pintu neraka juga ditutup. Hal ini karena semakin sedikit yang melakukan maksiat
pada bulan Ramadhan.
Di dalam Q.S. An-Nazi'at ayat 37 sampai dengan
39 sebagai berikut:
فَأَمَّا مَنْ طَغَى (37) وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (38)
فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى (39)
Artinya: Adapun orang yang melampaui batas, (37) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, (38) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal-Nya (39).
Ramadhan merupakan bulan suci yang
ditunggu umat Islam, di mana bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah
dan menjadikan kita untuk lebih mendekatkan diri pada Allah.
Dengan kemudahan amalan pada bulan ramadhan, namun kita malah memilih untuk
melakukan perbuatan maksiat, buta secara nyata dunia dan akhirat. Telah hilang
kebaikan di dalam hati seorang hamba yang melakukan maksiat pada bulan Ramadhan.
Semua ini adalah bentuk ibadah secara vertikal seorang
hamba dengan tuhan untuk mendapatkan surga firdaus. Lantas bagaimana dengan
mereka yang tidak bisa makan? Mereka yang tidak memiliki tempat tinggal? Apa Islam meninggalkan mereka? Secara sederhana, Islam sebagai teologi pembebasan,
kita harus memiliki pandangan Islam sebagai gerakan yang progresif yang mana kita
tidak hanya disibukkan dengan isi ceramah yang menggiring kita untuk sekadar
taat, tapi kita harus mampu berpikir masih ada mereka yang terbelakang.
Pembebasan mereka adalah bentuk dari ibadah horizontal
yang harus terus diperjuangkan. Melawan ketidakadilan, tak lepas juga sebagai
bentuk untuk membuktikan kalau anda adalah seorang manusia. Merdeka!
0 Komentar