Indonesia Tanah Air versi Beta

 Oleh : Indra Zulkifli

Indonesia adalah sebuah negara di Asia Tenggara yang terkenal dengan keanekaragaman budayanya, alamnya yang indah, dan masyarakatnya yang ramah. Negara ini memiliki banyak hal yang menarik untuk dijelajahi dan dinikmati. Seperti yang kita ketahui, Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan sebutan negara palingan banyak pulau ke-6 di dunia.

Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di antara dua benua, Asia dan Australia. Pulau terbesar dan terpopuler di Indonesia adalah Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Negara ini memiliki banyak gunung berapi yang aktif, termasuk Gunung Merapi, Gunung Krakatau dan Gunung Tambora. Meskipun Indonesia memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, negara ini juga menghadapi berbagai tantangan. Beberapa di antaranya adalah masalah kemiskinan, ketimpangan sosial, korupsi, masalah dan kasus besar lainnya yang telah muncul di kaca publik Nusantara bahkan mancanegara.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara berkembang dan sulit untuk maju. Mengapa demikian? Dilansir dari halaman Indonesian Institute Of Sciences, bahwa ada lima penyebab yang menjadikan Indonesia sulit untuk menjadi negara maju, di antaranya adalah, Ekonomi tidak tumbuh cepat setelah krisis, Indonesia selamat setelah luluh lantak pada krisis ekonomi 1997. Pada 2008, negara ini bahkan seakan tidak terdampak ketika Amerika dan Uni Eropa ambruk akibat krisis yang dipicu kredit macet perumahan. Pemerintah kerap membanggakan fakta kontemporer itu, apalagi, selama beberapa triwulan, ekonomi Indonesia konsisten tumbuh nomor dua selepas China, yaitu negara sang legenda Jackie Chan bin Charles Chan.

Negeri 1000 pulau yang sedang kita duduki ini masih kekurangan ekspor-impor terhadap pendapatan domestik, seperti yang disebutkan oleh Latief Adam dari LIPI adalah faktor kurang bervariasinya sumber penggerak perekonomian Indonesia dan juga lemahnya industri dalam negeri, serta belum mempunyai ekspor unggulan ke negeri luar.

Selain yang kita ketahui dari paragraf di atas, Indonesia merupakan negara berkembang dan juga sulit maju, akan tetapi walaupun Indonesia tidak berkembang dari segi ekspor-impor dan lain-lain seperti yang disebutkan di atas, Indonesia berkembang pada lain hal yang patut kita sadari, bahkan beberapa permasalahan yang divisualisasikan menjadi ikon tersendiri bagi Indonesia. Seperti manusia awam yang hanya mengetahui problematikanya, terdapat temuan kasus-kasus pada negeri 1000 pulau ini menjadi paradigma tersendiri pada kalangan publik, salah satunya yaitu berkembangnya desas-desus kasus yang membuat geger mancanegara, kasus Sambo salah satunya, yang membuat negara tercinta ini keluar sebagai negara politisasi kasus di ruang publik, bukan Ruang Guru, ya. Walaupun katanya, kasus tersebut masih dalam proses, tapi itu bisa dikatakan aksioma. Setidaknya bisa diapresiasi secara personal walaupun terkesan absurd.

Banyak kasus yang masih berkembang tanpa penyelesaian di negara agraris ini, dari kasus yang sangat besar hingga kasus yang terkecil, bahkan sampai menanam padi sambil maju, katanya. Iya, menanam padi sambil maju sepertinya baru terjadi di Indonesia yang menyebabkan ruang publik tercengang dan baru dimunculkan ketika ibu Puan Maharani berkunjung ke suatu daerah yang berada di Kota Bandung, menanam padi maju ini difatwakan dapat mempercepat penanaman dan sudah divalidasi oleh petani setempat, artinya, penemuan metode tersebut merupakan perkembangan di teritorial divisi pertanian yang membuat negara Indonesia menjadi berkembang dan patut dibanggakan.

Dari berbagai polemik yang terjadi di ruang publik tersebut, apakah dengan penemuan metode mutakhir itu dapat menjadikan Indonesia menjadi negara maju? Tentu tidak pastinya, walaupun Indonesia telah menemukan cara menanam padi sambil maju, tidak membuat Indonesia menjadi negara maju, masih tetap menjadi negara “Versi Beta” (red-berkembang). Menanam padi sambil maju tentunya menjadi harapan bangsa, jika dalam aspek lain berjalan lancar seperti ekspor-impor atau lain hal.

Contoh kasus “impor garam” yang terjadi pada tahun 2016-2022, dimana Kejaksaan Agung (Kejagung) telah menetapkan empat tersangka dalam kasus “Dugaan tindak pidana korupsi pemberian fasilitas impor garam”, dimana keempat tersangka tersebut diduga mencari keuntungan pribadi dengan cara memainkan kuota impor garam dengan modus operandi yaitu merekayasa data yang dipergunakan untuk jumlah kuota impor. Dan banyak kasus lain tentunya.

Seperti contoh kasus di atas, hal yang menjadikan Indonesia masih dalam rating negara berkembang adalah tindakan korupsi yang berkembang dan sangat marak di negara ‘Tugu Monas ini, dimana tindakan tersebut bisa dilakukan oleh siapa saja, akan tetapi tentunya tindakan tersebut hanya bisa dilakukan oleh makhluk yang mempunyai posisi pilar yang sangat besar di negara beta ini, yang dapat berkamuflase dimana saja, walaupun mendeskripsikan diri sebagai pendedikasi tinggi atau membawa semboyan uzur yang fundamental.  

Berbicara dalam segala aspek, korupsi sampai sekarang masih menjadikan ikon yang berkembang di Indonesia, bagi yang belum sadar, korupsi adalah suatu tindakan yang bersifat merusak atau menghancurkan, korupsi biasa dilakukan oleh Poli-Tikus (red-politisi), bukan hanya anggota atau instansi tertentu yang telah dilabelkan, siapa saja yang bermain dengan nama “politik” dan berasal dari instansi manapun, artinya eksistensi korupsi bisa dilihat di layar kacamata publik.

Banyak satu dan lain hal, yang membuat negara Tugu Monas ini masih dalam rangking negara berkembang, negara tercinta ini selalu menggunakan slogan “Cintailah Produk-Produk Indonesia”, artinya negara ini selalu mengajak masyarakat untuk mempelopori produk putra bangsa, lagi-lagi Poli-Tikus atau yang mengatasnamakan pilar negara juga tidak mengindahkan hal tersebut. Dalam arti kata “tidak mengindahkan” itu adanya prinsip terselubung yang ambigu, dimana pernyataan hanya bersifat diskursus saja, bahkan banyak masalah dan kasus besar lainnya yang tidak bisa diuraikan lagi.

Mungkin kita sering mendengar “Indonesia Tanah Air Beta” di layarkaca televisi, suara dengung speaker radio, atau menjadi backsound salah satu produk mie instan yang sudah dikenal mancanegara. Walaupun di beberapa titik mancanegara sempat percaya bahwa mie instan yang enak itu punya Negeri Petronas, bahkan ukiran batik yang artistik sekalipun. Tidak bisa kita pungkiri, itu juga merupakan efek dari negara Indonesia yang dibangga-banggakan banyak orang, karena perspektif kaum mancanegara pun tidak percaya jika negeri versi beta mampu mempelopori produk yang luar biasa, bahkan cenderung mengalami eskalasi yang sangat tinggi.

Indonesia Tanah Air Beta, lebih tepatnya itu versi “Beta” karena masih dalam tahap pengembangan dari aspek apapun. Pada tahun 2021 hingga sekarang, Indonesia masih melakukan persiapan “Memasuki Era Society 5.0” walaupun bisa kita katakan “5.0” itu masih dalam versi “Beta”, tahap pengembangan sebut saja. Setidaknya Indonesia sudah melakukan upgrade version yang tentunya membutuhkan anggaran yang sangat banyak untuk melakukan itu, walaupun ke depannya mungkin juga akan dipolitisasi atau bahasa indahnya “dikorupsi” seperti yang marak diketahui publik sekarang ini, dan lagi-lagi akan menjadi ikon negeri yang tidak akan bisa diintervensi.

Seperti yang kita ketahui, Indonesia merupakan negara berkembang, saking banyaknya perkembangan yang ada di Indonesia akan meliputi semua aspek fundamental, berkembangnya kasus-kasus besar juga akan menjadikan negara Tugu Monas ini menjadi versi “Beta” hingga sekarang, bahkan mungkin sampai pergantian Kepala Negara yang ke-100 sekalipun. Bagi yang belum mengetahui “Indonesia Tanah Air Beta”, ini merupakan salah satu judul lagu pusaka ciptaan Ismail Marzuki, dengan harapan putra-putri bangsa agar lebih mencintai negerinya. Meskipun, seluruh warga negara telah mencintai dan berdedikasi tinggi untuk negeri, masih banyak oknum atau bahasa indahnya “pengkorupsi” yang tidak mengindahkan hal itu, bahkan ada yang menggadaikan kantor bupati yang merupakan instansi sebuah daerah yang sangat sakral, kemungkinan juga ada yang menjual interior negara yang masih belum muncul, pokoknya ada lah.

Untuk mengatasi masalah dan kasus besar ini, pemerintah Indonesia, instansi, dan lembaga terkait sudah bisa mengambil berbagai tindakan dalam segala aspek, menindak pelaku dan pelopor utama yang membuat Indonesia tidak bisa menjadi negeri full version, selalu harus melakukan perbaikan bug (update software) seperti meningkatkan ekonomi, meningkatkan akses pendidikan, mendongkrak ekspor-impor, meningkatkan angka pendapatan perkapita, dan menata ulang posisi pejabat-pejabat negara, serta memperbaiki internal dan eksternal dalam instansi.

Indonesia adalah negara yang terlampau besar dan hebat dan sangat menarik untuk dieksplorasi dalam segala aspek. Negara ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang melimpah, serta masyarakat yang ramah dan bersahabat, bahkan orang-orang cerdas lahir di negeri tercinta ini. Dengan memperhatikan tantangan yang dihadapi sekarang dan ke depannya, Indonesia akan menjadi negara full version dengan kemajuan pesat, dan tidak lagi berada dalam rangking sebagai negara berkembang, apalagi dalam “versi beta”.

Ditulis sejak : 16 April 2023

 

Posting Komentar

0 Komentar