Cutnyak Sudikah Engkau


Cutnyak sudikah engkau,
dengarlah calitra ini Cutnyak

Teungku Polem sudah muak dengan ocehan mereka
Tidak Cutnyak, kami belum lelah, suaraku masih lantang meneriaki kemunafikan itu

Hai Teungku Polem sudah, cukuplah sudah
mengatasnamakan Seuramoe Meukah sebagai simbol-simbol kecurangan Jakarta

Walaupun aku bukan Ahmadinejad wahai Cutnyak, pikiranku sudahlah merdeka sebagai tanggung jawab, kita hancurkan kebusukan pembungkaman mereka di sana.

Sudah puluhan tahun tubuh tanah kita diperkosa tanpa kenikmatan.

Teungku Pole
m menanyakan "lantas apa yang ingin kau perbincangkan, mic dan toa? Lon sudah tak punya"

Wahai Teungku Polem, rukoek oun gata seumur pembungkaman penipuan di tanah indatu ini

Lihat, bagaimana Cutnyak dijemput di tengah hutan, bahkan tempat pe
ngistirahatan terakhirnya jauh dari tanah kelahiran.

Pergolakan ini hanya perubahan tema.
Cutnyak sering hadir, kami sering meupoh
-poh cakra, bercalitra menggelegar berbalik alam mimpi.
Menceritakan masa depan Aceh yang secara bergiliran pemuasan se
ks mereka,
Orgasme sendiri
-sendiri, kami juga ingin orgasme kesejahteraan

Wahai Polem, Cutnyak menitip sebuah pesan padaku, "akan tiba masa dimana anyir darah seolah khasturi duniawi niscaya melupa, akan tiba dimana masa kita memperkosa diri sendiri".

Teungku Polem jangan salahkan iblis, ia sedang duduk melinting, jangan memposisikan diri sebagai Tuhan wahai kaum mandum.

Assalamu Teungku Polem
Waalaikumsalam Cutnyak.
Allah sajan geutanyoe.

Abietisme
14 juni 2019




Posting Komentar

0 Komentar