Homo Deus : Revolusi Humanisme




Disurah oleh Albar Hasan
16 Agustus 2019

Perjanjian modern menawarkan kepada kita kekuasaan, dengan syarat kita melepas keyakinan pada rencana kosmis raya yang memberikan kita makna kehidupan, anda akan menemukan sebuah pasal yang licik. Pasal pengecualian ini menjadi penyelamat masyarakat modern. Zul menanggapi “Sampai 2016 manusia mendapati keduanya, para nabi dan filsuf mengemukakan manusia akan berhenti mempercayai kosmis raya ini, ia akan lenyap. Namun, hari ini, mereka yang menjadi ancaman terbesar bagi ketertiban dunia adalah persis mereka yang terus memercayai Tuhan dan rencana-rencananya  yang mencakup segala hal”. Alfarabi menanggapi “Revolusi humanisme, Harari mengutamakan kita bisa menjalankan hukum itu sendiri jika hukum tidak dapat didasari pada keyakinan”. Dan Razi juga menanggapi “Di Suriah ada pertumpahan darah padahal mereka mempercayai tuhan dan bagaimana dengan Belanda yang tidak mempercayai Tuhan aman-aman saja?”.    

Jika memang tidak ada rencana kosmis yang tidak terikat dengan hukum alam atau hukum ilahi, lalu apa yang menghalangi keruntuhan sosial. Proyek besar modernitas dalam politik, artistik, dan religius adalah  mencari makna bagi kehidupan yang tidak berakar pada suatu rencana kosmis raya. Manusia tidak akan pernah mampu menggapai kebenaran yang abadi. Zul menanggapi ”Harari mengatakan manusia mempunyai keinginannya masing-masing jika manusia itu mempunyai standarisasi. Jika kita terus-menerus atau mengikuti humanisme maka manusia itu bertuhan kepada diri dia sendiri”.


Agama humanis menyembah kemanusiaan, dan mengharapkan kemanusiaan menggantikan peran yang dimainkan Tuhan dalam Kristen dan Islam, dan peran hukum alam yang berlaku dalam Buddha dan Daoisme. Menurut humanisme, manusia harus menarik pengalaman dari dalam diri mereka, tidak hanya makna kehidupan tetapi juga makna seluruh jagat raya. Dengan demikian, inti dari revolusi religius modernitas bukanlah kehilangan kepercayaan kepada Tuhan, melainkan mendapatkan kepercayaan kepada kemanusiaan. Hanya Tuhan yang bisa menciptakan dan mendefinisikan kebaikan, kebenaran dan keindahan.

Peran Tuhan yang mempengaruhi seluruh makna dan otoritas bukan hanya sebuah filosofis, tapi mempengaruhi setiap segi kehidupan sehari-hari. Katakanlah pada tahun 1300 di sebuah kota Inggris, seorang perempuan yang sudah menikah bersenang-senang ke tetangga sebelah dan melakukan hubungan seks dengan lelaki tetangganya itu. Orang yang sudah melakukan kesalahan boleh itu zina atau yang lain membayar denda dan uang itu digunakan untuk kepentingan orang tinggi atau membayar sumbangan 10 koin emas untuk perang salib. Ikbal menaggapi “Agama itu bukan untuk mengumpulkan uang, jika dari perspektif islam, islam menggunakan itu untuk fakir miskin dan sebagainya. Dan saya tidak setuju jika Harari mengatakan agama itu hanya untuk mengumpulkan uang”.

Di satu sisi Harari menolak tentang agama, padahal agama itu juga mengajarkan humanisme contohnya seperti perkumpulan zakat yang di berikan kepada fakir miskin. Padahal itu saja sudah sangat humanisme. Alfarabi menanggapi “manusia yang membebaskan dirinya bagus atau buruk itu akan tidak baik karena tidak mempunyai arah, jika kita mempunyai agama kita tentu sudah mempunyai aturan dan arah yang benar. Arinal menaggapi: Dengan mempunyai agama, pada masa itu dimanfaatkan oleh orang-orang atas seperti harus membayar 10 koin mas. Dan maksud Harari sama seperti kata-kata Nietzsche di mana kita membunuh Tuhan di sana manusia bisa melakukan apa saja contohnya seperti wanita yang berzina.

Pikirkan tentang perzinaan berdasarkan kata-kata abadi tuhan, pendeta itu bisa memutuskan tanpa ragu-ragu bahwa perempuan itu telah melakukan dosa besar, dan jika dia tidak bertaubat maka dia berakhir di neraka. Kini, keadaan sangat berubah. Selama berabad-abad humanisme telah berusaha meyakinkan bahwa kitalah sumber tertinggi makna sehingga kehendak bebas kita merupakan otoritas tertinggi. Sejak bayi, kita dibombardir dengan rentetan slogan humanis yang menasehati: Dengarkan dirimu sendiri, jujurlah pada diri sendiri, percaya pada diri sendiri, ikuti kata hatimu, lakukan apa yang kau rasa baik. Zul menanggapi: Harari juga menyindir para motivator, Tuhan itu sudah tidak ada karena memang dari kecil kita sudah mengikuti kata hati. Jika kita mengadu dengan agama dan ada ayat yang mengatakan: Kenalilah dirimu dahulu maka engkau mengetahui Tuhanmu.

Maka dari itu, ketika seorang wanita modern ingin memahami makna dari perselingkuhan yang dia lakukan, dia semakin condong kepada penerimaan buta ketetapan pendeta atau kitab kuno. Namun, ia akan mencermati dengan hati-hati perasaan sendiri. Jika masih membingungkan, dia mungkin menelpon teman, bertemu untuk minum kopi dan mencurhati isi hati. Terapi tidak mempunyai kitab suci untuk mendefinisikan yang baik maupun buruk. Ketika perempuan itu mengakhiri ceritanya, tidak mungkin terapis menghardik  kelakuannya. Secara teoretis, terapis modern menduduki tempat yang sama dengan pendeta abad pertengahan, dan sudah menjadi sangat klise untuk membandingkan profesi itu. Bukan masalah apa pendapat anda pada kasus seperti ini, yang jauh lebih penting bagaimana memahami jenis argumentasi oleh kedua belah pihak. Humanisme telah mengajarkan kita suatu hanya buruk jika menyebabkan orang tidak merasa senang.

Benar, rak-rak buku terapis boleh jadi melengkung akibat berat karya-karya Frued dan Jung, serta kitab 1.000 halaman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Namun, ini semua bukan kitab suci melainkan diagnosis sakit dari kehidupan bukan makna kehidupan. Karena itu, apapun anggapan terapis tentang perselingkuhan pasiennya, dan apapun kata Frued, Jung, serta DSM tentang perselingkuhan secara umum, terapis tidak akan memaksakan pandangannya kepada pasien. Terapis modern hanya membantu kita bersentuhan dengan perasaan dalam diri kita sendiri.

Logika yang sama mendominasi perdebatan mutakhir tentang homo seksualitas. Jika dua pria dewasa menikmati hubungan seks dengan sesamanya, dan mereka tidak mengganggu siapa pun saat melakukannya, mengapa harus disalahkan dan mengapa kita harus melarangnya? Ini adalah masalah privat di antara kedua pria itu, dan mereka bebas untuk memutuskan tentangnya menurut perasaan masing-masing. ”Ikuti kata hati kalian, kalian tahu apa yang baik untuk kalian”.

Razi menanggapi: selagi tidak mengganggu orang lain tidak ada masalah. Seperti percintaan, dan negara tidak ada berhak untuk mengganggunya karena itu sangat privasi. Dia menggambarkan homo itu bagi dia tidak mengganggu orang lain. Perasaan kita memberi makna bukan hanya pada kehidupan privasi melainkan juga pada proses-proses sosial dan politik. Zul menanggapi: jika homo seksual mengikuti kata hati dan pemilihan demokrasi, berarti kita bisa mengkritik homo seksual dengan cara demokrasi. Karena di buku Albert Camus, kebebasan itu adalah tidak mengganggu kebebasan.

Apa yang berlaku dalam estetika dan politik juga berlaku pada etika. Pada abad pertengahan, seni diatur oleh alat pengukur objektif. Estetika adalah keindahan, tetapi tidak selalu bermakna keindahan. Jika orang menganggapnya itu indah, maka itu adalah seni. Contoh: jika kloset itu dianggap indah maka itu adalah seni. Seniman-seniman itu memamerkannya di galeri-galeri atau museum, bukan di kamar kecil. Pendekatan humanis semacam itu memiliki pengaruh yang dalam bagi bidang ekonomi juga, dan seni itu sangat humanisme. Di segi kuantitasnya jika islam dibangun humanis, maka islam akan memikirkan seperti humanisme itu pula. Jadi humanisme adalah kehendak dari individu-individu yang berkehendak.

Pada akhirnya munculnya ide-ide humanis juga telah merevolusi sistem pendidikan. Pada abad pertengahan, sumber segala makna dan otoritas bersifat eksternal. Karena itu pendidikan fokus pada penanaman kepatuhan, penghafal kitab suci, dan pembelajaran tradisi kuno. Sebaiknya, pendidikan humanis modern percaya pada pengajaran  murid untuk berpikir bagi diri mereka sendiri. Karena sumber makna dan otoritas berpindah dari langit ke perasaan manusia, maka seluruh alam berubah. Disini Harari mencoba membuktikan bahwasannya humanisme adalah segala-galanya padahal sebelumnya itu seluruh agama atau segala keyakinan memang sudah humanisme.
           
           

Posting Komentar

0 Komentar