Homo Deus : Perpacuan Tikus


Disurah Alfarabi
9 Agustus 2019
                                                                                                                                                                   Alfarabi menyurah: Sekalipun bila kita terus lari cukup kencang dan berhasil mencegah runtuhnya ekonomi maupun kehancuran ekologis, perpacuan itu sendiri menciptakan problem yang sangat besar. Setelah berabad-abad pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sains, kehidupan seharusnya menjadi lebih tenang dan nyaman, jika para leluhur kita tahu apa alat  dan sumber daya yang siap di tangan kita, mereka pasti menduga kita menikmati ketenangan langit yang bebas dari segala gundah gulana.                                                                                     

Kita menyalahkan diri sendiri, bos, hipotek, pemerintah, sistem sekolah. Namun, ini tidak benar-benar salah mereka. Ini adalah perjanjian modern, yang kita semua tanda tangani sejak lahir. Kemudian Muhyi menanggapi: kenapa harus perpacuan tikus, mungkin dia menggambarkan pada zaman pra-modern. Misalnya menjual saham, sebenarnya kita sudah berpikir. Harari mengkritik bahwasannya kita hanya menyalahkan bos, hipotek, pemerintah, sistem sekolah. Nazar menanggapi: contohnya seperti kita menyalahkan presiden, padahal dia juga memikirkan itu semua.



Pada level kolektif, perpacuan itu memanifestasikan diri dalam gejolak tiada henti. Sementara sistem-sistem social dan politik sebelumnya bertahan selama berabad-abad, kini setiap generasi menghancurkan dunia lama dan membangun dunia baru sebagai penggantinya. Jika suatu negara menyalahkan pemerintah, maka dengan tidak sadar mereka menghancurkan dunia lama dan menciptakan dunia baru. Muhyi menanggapi: mungkin itulah yang dipikirkan oleh orang modern sebelum itu mengeras sudah di anggap kuno. Sebagai mana di cetuskan secara brilian dalam manifesto komunis, dunia modern secara positif memerlukan ketidak-pastian dan gangguan. Arfan menanggapi: seharusnya negara harus memfasilitasi untuk masyarakat kelas bawah dulu, contohnya di Kuba yang membuat sekolah gratis untuk meemfasilitasi kelas bawah. Dedek menanggapi: sama rasa sama rata dalam arti, agama itu bukan candu  jika kelas atas dan bawah sama-sama tidak menindas manusia maka itu sah-sah saja.

Karena itu, modernitas membutuhkan kerja keras untuk memastikan bahwa individu-individu maupun manusia secara kolektif tidak berusaha pensiun dari perpacuan walaupun harus diikuti dengan segala ketegangan dan kekacauannya. Pada level individual kita didorong untuk terus meningkatkan pendapatan dan standar hidup. Nazar menanggapi: modernitas itu merusak, contonya firaun, peradaban modern yang menciptakan piramida di sana itu bukan hanya merusak lingkungan, melainkan juga merusak budak-budaknya. Jek menanggapi: kaum adat itu bagus membuat keseimbangan, namun Harari katakan, keseimbangan adalah setan. Contoh kaum adat membajak sawah bersama-sama atau bergoton-royong bisa menguntungkan orang lain.

Menurut Harari, tidak sulit untuk meyakinkan individu agar menginginkan lebih banyak. Ketamakan dengan mudah menjadi manusiawi.  Dulu ketamakan itu buruk. Modernitas menjungkir-balikkannya. Modernitas meyakinkan manusia secara kolektif bahwa keseimbangan jauh lebih menakutkan ketimbang kekacauan, sehingga karena ketamakan mendorong pertumbuhan, ia menjadi kekuatan untuk kebaikan.

Kecemasan yang muncul secara umum diredakan oleh kapitalisme pasar bebas, yang menjadi salah satu alasan mengapa ideologi ini begitu popular. Kapitalisme mensakralkan sistem rakus dan kacau yang tumbuh dengan lompatan demi lompatan, tanpa seorang pun memahami apa yang terjadi dan ke mana kita akan menuju.

Menyerang kapitalisme perdagangan bebas dewasa ini menjadi agenda besar. Banyak intelektual yang membuat kapitalisme mendominasi dunia. Namun, mengkritik kapitalisme tidak boleh membutakan kita pada manfaat dan pencapaian-pencapaiannya. Islahhuddin menanggapi: contoh manifestasi kebudayaan yang tidak percaya tuhan dan lainnya, kita yang bawah ini tidak bawah sekali dan tidak kuno sekali tetapi seimbang.   
        
Meskipun sesekali kita mengalami krisis ekonomi dan perang-perang internasional, dalam jangka panjang kapitalisme tidak hanya bisa bertahan, tetapi juga mengatasi kelaparan, wabah, dan perang. Orang kapitalisme dengan cepat menyerahkan semua itu pada kekuasaan pasar yang tak terlihat. Bahkan, tak satu pun negara bisa mempertahankan dirinya tanpa bantuan kekuasaan tuhan, raja, atau gereja. Manusia tidak diselamatkan oleh hukum persediaan dan permintaan, tetapi lebih disebabkan oleh munculnya sebuah agama baru revolusioner—humanisme.                                                                  


Posting Komentar

0 Komentar