Homo Deus: Bagian II Homo Sapiens Memberi Makna Bagi Dunia

Surah Buku bagian I

Untuk menutup Bagian I dalam bukunya, Yuval Noah Harari, atau mungkin tukang ilustrasi buku Homo Deus, membubuhkan satu gambar seorang manusia yang sedang membungkuk dengan kuas di tangannya. (Lihat gambar 20, hlm. 76). "Mengalir dan memercik" Kata Mok ketika menyurah gambar tersebut. Padahal menurut Muhyi gambar itu lebih mirip ular-ular, namun dalam pandangan Kemul, gambar itu menunjukan keabsurdan, dan coba membawa kita kepada ketidak-jelasan duniawi. Tiga penyurah bergelut, "Sang Kreator: Jackson Pollock dalam sebuah momen inspirasi" Keterangan di bawah gambar 20.

Pada saat Harari menanyakan dalam bukunya "dunia yang diciptakan manusia dan peran manusia sebagai tuhan". Harari, Homo Deus di Bagian II memang membahas pemikiran dan karya dari manusia. hal itu tergambar dalam sistem yang berjalan melalui pengorbanan kepada tuhan yang tak henti-hentinya, meski tuhannya telah mati.

memasuki judul Para Pendongeng, binatang-binatang memiliki realitas ganda dalam hidupnya. di satu sisi mereka mengenal realitas objektif seperti pohon-pohon, batu-batu dan sungai-sungai. sedangkan di sisi lainnya, mereka mengenal empiris subjektif seperti ketakutan, kesenangan dan hasrat. Adapun sapiens kata Harari dalam bukunya itu memiliki tiga tingkatan realitas. selain dua realitas yang dimiliki binatang-binatang sebelumnya, maka sapiens juga mengenal realitas tentang cerita-cerita yang dikontruksi ke dalam dunia akal yang berkaitan dengan Uang, Tuhan, Negara dan Korporasi.

***



doc : 19 April 2019
Bagaimana kalau salah satu anggota surah bertanya kepada Harari. "apakah monyet bisa menggunjing hingga membentuk cerita sampai pada akhirnya membentuk sejarah?". Harari sepertinya akan menjawab, kemampuan menggunjinglah yang membedakan manusia dengan monyet. buktinya, kata Harari, kemampuan dasar manusia individual tidak berubah sejak zaman batu. namun, jaringan cerita-cerita tumbuh dari kekuatan demi kekuatan sehingga mendorong sejarah dari zaman batu ke zaman silikon.

manusia memiliki kecakapan dalam membentuk cerita, sehingga mampu menciptakan sejarah melalui cerita-cerita. inilah yang membedakan simpase dan manusia. manusia yang berpikir sedangkan simpase sebaliknya. Lebih jauh maksud Harari yang kami tangkap ketika pesurah menjelaskan bahwa, pada masa 70.000 tahun silam, sejarah dirajut dalam jejaring fiksi-fiksi yang tersimpan selama 60.000 tahun dalam imaji-imaji sapiens.

Lalu dibaca dan dijelaskan lagi oleh pesurah maka kami mendapatkan bahwa sapiens tidak bisa berkerja sama secara masif. Kemudian era Revolusi Agrikultur yang dimulai 12.000 tahun lalu, Sapiens menemukan titik terang terhadap kendala berkerja sama secara masif. Sebab masa itu, Sapiens memperoleh bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk memperbesar dan memperkuat jejaring-jejaring intersubjektif. Meskipun demikian, jejaring-jejaring intersubjektif kembali menghadapi tantangan baru. Hal tersebut membebankan sapiens-sapiens untuk mempertahankan mitos-mitos kolektif dalam algoritma otak, yang sangat terbatas.

Jejaring fiksi sebelumnya itu, menggugah para petani untuk percaya pada cerita tentang dewa-dewa besar. Petani-petani kemudian membangun simbol-simbol imaji fiksi yang direalisasikan dengan membangun kuil-kuil yang menjadi pusat penyembahan. bahkan kuil-kuil tersebut juga menjadi pusat politik dan ekonomi. Kemudian pada perkembangannya, kuil-kuil itu merambah menjadi pecahan korporasi-korporasi. Yang kini, Korporasi-korporasi itu adalah entitas legal fiksional yang memiliki properti, meminjamkan uang, memperkerjakan pegawai, dan menginisiasi usaha-usaha perekonomian.

Lanjutnya oleh pesurah, Kata Harari, bahwa di kota kuno Uruk, Lagash, dan Shurupak bahwa dewa-dewa berfungsi sebagai entitas legal yang mampu memiliki ladang dan budak. Pun juga, dipercayai oleh sapiens 6.000 tahun yang lalu, bahwa Dewa-dewa mampu memberi dan menerima pinjaman, membayar gaji dan membangun bendungan serta kanal-kanal. Sedangkan menurut Harari, sebagaimana masa sekarang Google dan Microsoft ibarat dewa-dewanya orang sumeria pada masa kini. Orang-orang masa kini memperkerjakan manusia untuk google dan microsoft, yang memiliki banyak properti dan kekuasaan. Mungkin mereka mewakili Tuhan langit maha besar atau Dewi bumi yang tahu segalanya. Tetapi mereka ialah makhluk mortal yang bisa keliru.

Syahdan, yang berkerja untuk google dan microsoft bisa jadi mengalami kesulitan mengingat mana tanah, kebun, dan ladang dewi Inanna pada masa silam zaman sumeria kuno. Kemudian jaringan kerja sama manusia jelas tidak bisa meluas ribuan tahun setelah revolusi agrikultur. Tidak ada kerajaan besar, tidak ada jaringan perdagangan luas dan tidak ada agama universal, kata Harari.
seperti yang dikisahkan Harari, orang-orang mesir memandang Fir'aun sebagai tuhan yang sesungguhnya, meski ia bernyawa. karena fir'aun mampu mengelola pemerintahan dengan baik. orang-orang mesir tidak dapat membantah perintahnya, dan rela membayar pajak yang telah ditetapkan oleh Fir'aun. seperti halnya manusia yang lain, Fir'aun memiliki tubuh biologis. namun, si Fir'aun biologis adalah Fir'aun yang diimajinasikan di lembah sungai Nil, eksis dalam cerita-cerita yang disebarluaskan oleh jutaan orang Mesir. sementara di Memphis, Fir'aun tengah menikmati jamuan anggur-anggur dan bercengkrama dengan istri-istrinya. sedangkan para birokrat mengkalkulasi pajak yang harus dibayar oleh setiap desa. sedangkan penulis sedang asyik menulis kisah yang luar biasa semasa Fir'aun hidup dan menjabat. pun para pejabat-pejabat dibagi tugasnya dalam pemerintahan untuk infrastruktur peradaban Mesir. meski tuhan bernyawa itu mati, para birokrat tetap menjalankan kewajiban pemerintahan sambil menunggu pelantikan Fir'aun selanjutnya,
kisah Fir'aun dan Sumeria Kuno, telah dijelaskan oleh Harari sebagaimana yang terjadi pada masa kini, dimana dewa-dewa itu berupa selebritis yang telah mati, sedangkan karya-karyanya tetap hidup. sebut saja Elvis Presley, tubuh biologisnya tidaklah penting. tetapi mitos, cerita dan merek yang jauh lebih penting, karena mampu meraup keuntungan jutaan dollar dari penjualan rekaman, tiket, poster dan hak cipta. peran agen, produser dan sekretaris yang menyebar karyanya patut diacungi jempol. para penggermar Elvis masih membeli poster dan album sang raja, sementara stasiun radio masih terus menyebar royalti dan dari lebih setengah juta peziarah membanjiri komplek pemakamannya, seperti pemakaman sang Fir'aun di Memphis.

jika dihubungkan, peran agen maupun penulis pada kedua zaman yang berbeda ini, mereka memang mampu menciptakan sebuah cerita yang bisa diingat oleh semua manusia. penulis di zaman mesir menulis di papirus, sedangkan pihak Elvis aktif menyebar cerita, mitos dan merek-mereknya. kita tidak mampu mengukur luas tanah, pajak dan upeti Fir'aun; Elvis Presley bahkan tak pernah membaca semua kontrak yang ditandatangani atas namanya. semua detail itu tertulis di suatu tempat dan himpunan dokumen yang relevan menjelaskan identitas serta kekuasaan para Fir'aun dan Elvis. dan karya mereka masih hidup hingga saat ini, berkat tulisan-tulisan itu.





bersambung

Posting Komentar

0 Komentar